Tahun 2008, awal saya mengenal arti persahabatan,kebersamaan, dan loyalitas. Perjalanan pendakian ke Gunung Ungaran adalah awal saya mengijakan kaki di hutan, jauh dari kebisingan Kota Semarang, tanpa adanya alat komunikasi,elektronik seperti HP,TV,game Online.
Untuk merayakan kelulusan sekolah menengah atas (SMA/SMK) saya dan teman-teman berencana merayakan kelulusan dengan cara mendaki gunung, yang sama sekali belum pernah saya lakukan sebelumnya. Dalam fikiran saya mendaki gunung itu asik karena bakalan melihat yang hijau-hijau bukan uang lo ya :D tapi pemandangan yang indah.
Setelah semua di rapatkan dengan teman-teman untuk menentukan hari dan perbekalan apa saja yang harus di bawa, kita sepakat hari yang kita pilih yakni berangkat hari sabtu sampai minggu perbekalan yang harus di bawa untuk tim seperti tenda,tiker,kompor, dan perlengkapan yang harus di bawa setiap individu seperti pakaian secukupnya,jaket,makanan,peralatan mandi dan peralatan makan.
Kayak mau pindahan aja perlengkapan yang saya bawa, karena kita sama-sama belum pernah mendaki saya membawa pakaian dan makanan yang cukup banyak sampai tas gunung yang saya pinjam penuh dengan pakaian dan makanan, maklum namanya aja belum pernah naik gunung jadi ya kayak orang mau pindahan :D
Hari yang di tentukan pun tiba dengan gagahnya saya membawa tas gunung yang keliatanya tinggi besar dan otomatis berat lo :) , bayangkan untuk naik gunung satu malam aja saya membawa pakaian empat pasang soalny takut klo disana kedinginan dan takut kelaparan makanya stok makanan waktu itu yang saya bawa sangat berlebihan sampai sampai tas gunung ukuran 80 L sampai tidak muat.
Setelah kita semua kumpul dan bersiap untuk berangkat ternyata yang paling banyak bawaanya saya lo sobat keong, hmm semua temen-temen membawa tas kecil dan membawa perlengkapan secukupnya. Dalam hati saya wah, saya paling gagah ni bawa paling banyak sudah kayak pendaki :D . dengan percaya diri saya akan membawa tas gunung ini sampai ke tempat tujuan.
Tapi alhasil setelah kita sampai dan mulai perjalanan di hutan ungaran baru jalan dua jam saya sudah ngos,ngosan kayak habis lari maraton sobat. Yang tadinya yakin akan membawa tas yang tinggi besar ternyata semangatku turun dan tidak yakin untuk membawa, jalan setapak dikit demi dikit saya lalui tak henti-hentinya saya mengeluh kecapean meminta untuk istirahat.
Ada sahabat saya yang kasian atau kebising'an mendengarkan keluhan yang terus terucap dari mulut dan akhirnya tas itu di bawakan oleh sahabat, saya di suruh bawa tiker saja, betapa beruntungnya waktu itu, dengan membawa tiker saya berfikir kalo saya akan berhenti mengeluh dan jalan bisa setabil.
Eh, ternyata dugaan saya salah lagi ternyata masih aja jalan seperti keong, harus mintak tolong siapa lagi untuk membawa aku sampai tempat tujuan tanpa jalan kaki, tidak mungkin saya mintak gendong orang berat badan saya sudah melampaui batas kata temen-temen saya ini keong jumbo.
Udah jalan pelan mengeluh pula hedeh,,, bagaimana tidak pelan ternyata saya yang jarang olahraga ini bikin berat badan terlalu over, tak henti-hentinya temen-temen menyemangati dengan berbagai cara seperti ada yang bilang “ayo bentar lagi sampai ndut ke tempat camping, di sana banyak yang jual makanan lo, ada mie ayam, bakso dan masih banyak yang lain” “ayo semangat”
Semangat itupun muncul “walaupun aku tau kalo aku di bohongin” tapi itu tidak merubah porsi jalanku, tetep saja pelan dan bentar-bentar mintak berhenti sejenak untuk beristirahat. Maklum orang tidak pernah olahraga. Dari jam 11 pagi kita jalan baru sampai ke tempat camp di goa jepang jam 5 sore sungguh lama betul berjalan mungkin lemak di dalam tubuh ku ini terbakar berama ons apa kg ya :D
Kita semua memutuskan untuk beristirahat dan mendirikan tenda di depan goa jepang untuk beristirahat, alhamdulilah semua penderitaan ini berakhir juga :D . Teman-teman pada sibuk mendirikan tenda ada yang menyiapkan makanan ada juga yang foto-foto, dan saya sendiri sedang sibuk tittttt… sibuk cari posisi rebahan karena kecapean :D
Setelah saya mencari tempat rebahan ternyata dari goa jepang terlihat jelas gunung ungaran besar dan kokoh di depan mata saya, ternyata perjalanan masih sangat jauh untuk mencapai puncak gunung ungaran, rasa putus asa menyelimuti fikiran ku.
Malam itu pun tiba lagi asik-asiknya canda tawa dengan teman-teman dengan di temani secangkir kopi, rasa ngantuk melanda dan saya memutuskan untuk masuk ke tenda dan berencana untuk rehat sebentar sambil nunggu jam 12 malam untuk melanjutkan pendakian ke puncak tapi apa daya, kaki ini teryata sakit kedua-duanya kram buat gerak sakitnya mintak ampun tidak tau aku harus bagai mana yang terucap di mulut ku hanya menyebut Ya Alloh, Ya Alloh tolong hamba mu “rasanya itu kayak kita jalan di atas rumpun berduri tanpa alas kaki lo sobat :D “
Salah satu sahabat masuk tenda dan menayakan keberadaan dan kondisi saya yang sedang kritis *eh mksudnya sedang sakit kram :D , akhirnya sahabat itupun memijit kaki saya dan berharap saya bisa melanjutkan perjalanan tapi apalah daya jam sudah menunjukan jam 12 malam kram kaki ini tak kunjung hilang.
Dan temen-temen memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan ke puncak, karena kaki saya tidak kunjung sembuh, di sini lah saya mengerti apa arti persahabatan, kebersamaan, dan loyalitas dari temen satu tim, berangkat bareng pulang harus bareng apapun harus bersama kecuali mandi dan buang air besar gak bareng-bareng juga lo :D
Walapun kita semua tidak sampai ke puncak tapi saat itu saya berfikir kita sampai puncak kesabaran, melawan ego demi kebersamaan tim. Saya sangat bangga mungkin ini cara alam membuka sifat-sifat orang. Terimakasih buat teman-teman seperjuangan telah mengenalkan saya betapa pentingnya itu kebersamaan,persahabatan dan loyalitas dalam sebuah kehidupan. Alam mengajarkan betapa berartinya setiap kaki kita melangkah di jalan setapak, dan alam mengajarkan kesederhanaan.
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya