Kota Semarang memiliki objek wisata religi yang menarik. Salah satunya adalah Vihara Buddhagaya Watugong yang terletak di daerah perbukitan Semarang Selatan. Jika berangkat dari pusat Kota Semarang, wihara ini berjarak sekitar 45 menit di sepanjang jalan menuju Solo dan Yogyakarta. Vihara ini memiliki banyak bangunan dan berada di area yang luas.
Kompleks wihara berdiri di atas lahan seluas 2,25 hektare dengan lima bangunan utama. Diklaim bahwa ini merupakan wihara pertama dalam penyebaran agama Budha di Pulau Jawa, setelah kejatuhan Kerajaan Majapahit. Menurut Ketua Wihara, Halim Wijaya, ajaran Budha di Watugong dibawa biku asal Srilangka, Narada.
Pada 1934, Narada datang ke Indonesia membawa dua pohon bodhi (dalam agama Budha, pohon ini dipercaya sebagai tempat Sang Buddha Gautama bersemedi dan memperoleh pencerahan). Keduanya ditanam di kawasan Borobudur. Namun pada 1955, salah satu pohon dibawa dan ditanam di halaman Vihara Buddhagaya.
Dua bangunan yang mencolok di kawasan berbukit ini adalah Pagoda Avalokitesvara dan Wihara Dhammasala. Pagoda Avalokitesvara (Metta Karuna artinya kasih sayang) dengan tinggi 45 meter terlihat mencolok di antara bangunan di sekitarnya. Karena tingginya yang menjulang, pagoda yang diresmikan pada 2006 ini dinobatkan sebagai pagoda tertinggi di Indonesia oleh Museum Rekor Indonesia (MURI).
Pagoda dengan aksen warna merah dan kuning ini memiliki tujuh tingkat, yang bermakna seorang pertapa akan mencapai kesuciannya pada tingkat ketujuh. Bagian dalam pagoda berbentuk segi delapan dengan ukuran 15 x 15 meter. Yang mencolok di dalam pagoda ini ada di lantai satu. Di tempat sembahyang, ada satu patung Dewi Kwan Im (Dewi Welas Asih) berukuran besar.
Kemudian, mulai tingkat kedua hingga keenam dipasang patung Dewi Kwan Im yang menghadap empat penjuru angin. Hal ini bertujuan agar sang dewi memancarkan kasih sayangnya ke segala arah mata angin.
Bangunan lain yang mencolok di kawasan hijau dan asri ini adalah Wihara Dhammasala. Bangunan dua lantai ini dibangun sejak 1955. Saat masuk ke dalam wihara, tampak patung Budha berwarna emas dengan ukuran besar yang sedang duduk. Semua unsur di bangunan ini memiliki makna, termasuk dinding sekeliling wihara. Dindingnya dihiasi relief Paticca Samuppada, yang bercerita tentang pengajaran proses hidup manusia mulai lahir hingga meninggal.
Sebelum memasuki wihara, Anda harus mengikuti ritual khusus. Anda harus menginjak relief ayam, ular dan babi yang ada di lantai pintu masuk. Menurut keyakinan, ayam merupakan lambang dari keserakahan, ular lambang dari kebencian, dan babi lambang dari kemalasan. Melalui ritual ini, diharapkan umat beribadah dengan menanggalkan karakter tersebut dan bisa masuk surga.
Selain sebagai tempat ibadah, wihara juga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan sosial. Di kompleks wihara, ada satu bangunan yang digunakan sebagai kegiatan belajar masyarakat setempat dan taman membaca. Selain itu, pengurus vihara kerap membagikan paket sembako, tujuh hari sebelum Lebaran.
Vihara Buddhagaya buka setiap hari mulai pukul 7 pagi hingga 9 malam. Jika ingin masuk, Anda harus menggunakan pakaian sopan dan berbicara dengan sopan.
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya